Apr 13, 2009

Bertanya

Senangnya!

Kay sudah mulai menunjukkan rasa keingintahuannya dengan bertanya!

Biasanya yang ia lakukan hanyalah memperhatikan apa yang dilakukan atau apa yang terjadi pada orang-orang dan benda-benda di sekelilingnya tanpa mengeluarkan suara apapun, menunggu untuk diberi tahu oleh Baba atau Mama.

Tapi kini tidak lagi. Bila ada sesuatu yang membuat dia heran, dia akan bertanya. Memang sih, dia baru tiga kali memformulasikan pertanyaan dengan jelas.

Pertama kali Baba mendengar Kay bertanya pada Baba adalah pada saat Baba pulang kantor setelah cuti panjang. Selama cuti panjang Baba biasanya mengantar Mama ke kampus yang artinya kami akan pulang bersamaan, tapi malam itu karena Baba sudah kembali bekerja maka kami pulang sendiri-sendiri.

‘Mama mana?’ tanya Kay yang sudah memakai piyama lengkap sambil menunggu waktu masuk ke kamar tidur.

‘Mama di kampus, Nak,’ jawab Baba, ‘Baba kan dari kantor, jadi nggak pulang bareng Mama.’

Kay lalu bangkit dan memeluk Baba. Kemudian dengan sabar ia menunggu Baba makan malam dan mandi sebelum mengajak bobo.

Kali kedua Kay bertanya adalah pada saat Baba menunjukkan kelingking Baba yang berselaput tinta setelah Baba berpartisipasi dalam Pemilu 2009 kemarin.

‘Kenapa?’ tanya Kay singkat.

Baba menjelaskan kepada Kay bahwa Baba baru saja ikut Pemilu dan sebagai tanda keikutsertaan maka kelingking Baba dicelup ke dalam tinta.

Kay memerhatikan kelingking Baba dalam diam. Agaknya mencoba mencerna informasi yang baru saja Baba berikan.

Pertanyaan ketiga yang diformulasikan Kay agak lucu karena secara tatabahasa masih belum benar, tapi dapat dengan mudah dimengerti.

Waktu itu Baba baru saja pulang dari menjemput Mama di kampus, dan Baba meletakkan bungkusan berisi hamburger dari salah satu restoran cepat saji.

‘Ba, itu punya apa, Ba?’ katanya sambil menghampiri kantung kertas itu.

‘Itu punya apa, Ba?’ tanyanya lagi.

‘Itu hamburger, Nak,’ jawab Baba.

‘Tanyanya bukan “itu punya apa,”’ kata Mama, ‘tapi: “Baba bawa apa?”’

‘Baba bawa apa?’ tanya Kay memperbaiki pertanyaannya.

‘Hamburger. Kay mau?’

‘Mau,’ katanya sambil mengangguk.

Mama membuka bungkusan hamburger itu dan memberikan pada Kay yang langsung menggigitnya. Kecil saja. Ia masih mencicipi makanan baru itu.

Lima menit kemudian Baba menengadahkan tangan Baba di depan mulutnya dan potongan hamburger yang masih utuh keluar dari mulut Kay, didorong oleh lidahnya.

Memang dasarnya nggak doyan fast food ya nggak dikunyah itu hamburger!