'Ini apa Kay,' tanya Baba menunjuk pada buah durian yang sudah dikupas dan dikemas dalam plastik.
'Aspalagus,' jawab Kay yakin.
'Bukan, Nak,' kata Baba sambil senyum, 'ini duren.'
Di kesempatan yang lain lagi, Baba menunjuk sebungkus pare.
'Ini apa?' tanya Baba.
'Aspalagus,' jawab Kay dengan anggukan kepala saat mengucap suku kata terakhir.
'Bukan, ini pare,' kata Baba mengoreksi jawaban Kay.
Entah dari mana asalnya, rupanya menurut Kay sayuran atau buah-buahan yang belum dikenal atau yang bentuk dalam kemasan berbeda dengan bentuk asli adalah asparagus.
Mar 11, 2009
Mar 2, 2009
Ompong
‘Ba!’ seruan Mama mengusik istirahat Baba di hari Minggu sore itu, ‘Ba! Sini Ba!’
Baba bangkit dari sofa dan menatap heran ke Mama yang sedang menandak-nandak panik.
‘Kenapa?’ tanya Baba.
‘Gigi anaknya, gigi anaknya!’
Baba menghampiri Kay yang sedang duduk di teras. Sedikit darah mengalir dari mulutnya. Waduh! Pikir Baba, kenapa lagi nih?
Baba segera memeriksa gigi Kay dan mendapatkan sebuah gigi seri bawah telah hampir tanggal. Di mulut Kay masih ada sepotong kerupuk beras Jepang.
Ooh, rupanya memang sudah waktunya gigi susu Kay copot dan berganti dengan gigi dewasa. Baba menyuruh Kay membuang potongan kerupuk yang ada di dalam mulut dan mengambil es.
‘Kasih minum,’ perintah Baba pada Teteh yang mengasuh Kay, lalu Baba berusaha mengompres gusi Kay dengan es. Kay tentu saja menolak, tapi pada saat itu darahnya sudah berhenti mengalir. Akhirnya Baba memberikan es itu kepada Kay yang memegangnya sebentar, lalu memberikannya kembali kepada Baba. ‘Dingin,’ katanya.
Baba dan Mama berpandangan sambil tersenyum. ‘Anak kita gigi susunya sudah mulai copot,’ kata Mama.
‘Hehehe. Iya,’ jawab Baba. ‘Mungkin sekarang waktu yang tepat untuk mengenalkan dia kepada dokter gigi,’ kata Baba lagi.
‘Iya,’ jawab Mama.
‘Supaya giginya nggak kayak Babanya yang bolong melulu,’ kata Baba sambil nyengir.
‘Atau Mamanya yang dulu pakai kawat,’ lanjut Mama.
Saat makan malam, Kay merasa-rasai giginya yang hampir tanggal itu dengan lidahnya. Bahkan sesekali tangannya meraih mulut dan meraba-raba gigi itu.
Pagi ini saat Kay sudah bangun, tapi masih leyeh-leyeh di tempat tidur bermanja-manja dengan Baba dan Mama, Baba memeriksa mulut dan mendapatkan gigi yang goyah itu sudah tanggal.
‘Ma, giginya sudah copot. Dia sudah ompong,’ kata Baba.
‘Terus, mana giginya?’ tanya Mama.
‘Nggak ada,’ jawab Baba, ‘mungkin tertelan semalam.’
Baba bangkit dari sofa dan menatap heran ke Mama yang sedang menandak-nandak panik.
‘Kenapa?’ tanya Baba.
‘Gigi anaknya, gigi anaknya!’
Baba menghampiri Kay yang sedang duduk di teras. Sedikit darah mengalir dari mulutnya. Waduh! Pikir Baba, kenapa lagi nih?
Baba segera memeriksa gigi Kay dan mendapatkan sebuah gigi seri bawah telah hampir tanggal. Di mulut Kay masih ada sepotong kerupuk beras Jepang.
Ooh, rupanya memang sudah waktunya gigi susu Kay copot dan berganti dengan gigi dewasa. Baba menyuruh Kay membuang potongan kerupuk yang ada di dalam mulut dan mengambil es.
‘Kasih minum,’ perintah Baba pada Teteh yang mengasuh Kay, lalu Baba berusaha mengompres gusi Kay dengan es. Kay tentu saja menolak, tapi pada saat itu darahnya sudah berhenti mengalir. Akhirnya Baba memberikan es itu kepada Kay yang memegangnya sebentar, lalu memberikannya kembali kepada Baba. ‘Dingin,’ katanya.
Baba dan Mama berpandangan sambil tersenyum. ‘Anak kita gigi susunya sudah mulai copot,’ kata Mama.
‘Hehehe. Iya,’ jawab Baba. ‘Mungkin sekarang waktu yang tepat untuk mengenalkan dia kepada dokter gigi,’ kata Baba lagi.
‘Iya,’ jawab Mama.
‘Supaya giginya nggak kayak Babanya yang bolong melulu,’ kata Baba sambil nyengir.
‘Atau Mamanya yang dulu pakai kawat,’ lanjut Mama.
Saat makan malam, Kay merasa-rasai giginya yang hampir tanggal itu dengan lidahnya. Bahkan sesekali tangannya meraih mulut dan meraba-raba gigi itu.
Pagi ini saat Kay sudah bangun, tapi masih leyeh-leyeh di tempat tidur bermanja-manja dengan Baba dan Mama, Baba memeriksa mulut dan mendapatkan gigi yang goyah itu sudah tanggal.
‘Ma, giginya sudah copot. Dia sudah ompong,’ kata Baba.
‘Terus, mana giginya?’ tanya Mama.
‘Nggak ada,’ jawab Baba, ‘mungkin tertelan semalam.’
Subscribe to:
Posts (Atom)