Jun 21, 2008

Tidak Boleh Pergi Lagi

Claim Open itu maksudnya apa ya, Teh?’ tanya Baba pada Teh Yuyun, salah satu sepupu Mama yang pagi itu menemani Baba dan Kay ke Bandara Soekarno-Hatta.

‘Pilotnya udah minta mendarat ke menara, meureun,’ jawab yang ditanya tak pasti.

Pagi itu, tanggal 15 Juni 2008, Baba, Kay dan Teh Iis sudah tiba di bandara sejak jam 8 pagi. Kami ditemani sepupu Mama dari Bandung, Teh Yuyun dan Teh Neneng dan kedua sepupu Kay, Anya dan Adel.

Kenapa pagi-pagi sekali di hari Minggu yang ditingkahi oleh renyai gerimis kami sudah ada di bandara?

Tepat sekali, Gentles, kami di sana untuk menjemput Mama yang akan pulang dari Swedia.

For good? Baba dengar sebagian dari kalian bertanya-tanya.

Yes. For good. Tak lama lagi kami akan kembali bertiga.

Hooray!

Lama kami menunggu, status penerbangan Mama tidak kunjung berubah. Sementara penerbangan-penerbangan sesudahnya dilaporkan telah mendarat.

Wah,sepertinya laporan yang tertera di LCD display itu tidak dapat diandalkan, pikir Baba. Akhirnya setelah kira-kira setengah jam Baba memutuskan untuk mencuri pandang dari luggage tag orang-orang yang keluar dari pabean.

Bukan yang ini . . . ini juga bukan . . . ini nggak kelihatan . . . nah! Ini dia!

Akhirnya Baba menemukan orang yang mendorong kopor dengan luggage tag bertuliskan nomor penerbangan Mama. Ini berarti sebenarnya pesawat yang ditumpangi Mama sudah mendarat.

‘Sini, Kay,’ panggil Baba, ‘sebentar lagi Mama datang, nih.’

Kay segera menghampiri Baba dan mulai berusaha memanjat pagar pembatas, diikuti oleh kedua sepupunya yang selalu menjaga Kay kemanapun dia pergi.

Tak lama kemudian sosok Mama muncul dari balik dinding penyekat.

‘Siapa itu, Kay?’ tanya Baba sambil menunjuk Mama.

Tanpa menjawab Kay langsung menghambur ke arah Mama sambil berteriak:

‘MAMAAAAAA!!’

—dan langsung minta gendong lalu memeluk Mama erat-erat.

‘Ya ampuun!’ kata Mama, ‘kok kurus sih, Nak?’

Yang ditanya asyik memainkan rambut Mama yang dibiarkan panjang.

‘Kurus tapi tinggi, Ma,’ kata Baba, ‘Mamamnya memang lagi jelek sih. Kadang-kadang sarapan tidak habis dan kalau makan akhir-akhir ini selalu diemut.’

Baba mendorong trolley berisi kopor-kopor Mama sementara Mama menggendong anak yang sedang asyik bermanja-manja.

‘Sebentar ya, aku ambil mobil dulu,’ kata Baba sambil berlari menuju lokasi parkir mobil.

Beberapa menit kemudian kami selesai memasukkan semua barang—dan orang—ke dalam mobil dan melaju menuju rumah.

‘Tadi Mama tanya katanya Mama nggak boleh pergi lagi, Ba,’ kata Mama.

‘Oh ya? Mama boleh pergi lagi, Kay?’ tanya Baba.

‘Tidak,’ jawab Kay.

‘Kalau Baba boleh pergi?’ tanya Baba lagi.

‘Tidak.’

‘Jadi Baba sama Mama di sini aja sama Kay?’

‘Iya,’ jawabnya mantap.

No comments: