Feb 28, 2008

Mengantar Mama

‘Kita mau ke mana, Kay?’ tanya Mama.

‘Ke bandala,’ jawab Kay.

‘Ke bandara mau lihat apa?’

‘Liyat peshawat.’

Percakapan tersebut terjadi saat kami sekeluarga (plus Engki, Nenek, Uwa, dan tentu saja Teteh) terjebak macet di jalan tol menuju bandara Soekarno-Hatta beberapa hari yang lalu. Liburan musim dingin Mama sudah selesai dan ia harus kembali meneruskan studinya di Swedia.

Kay, yang selama seminggu terakhir ini menjadi sangat kolokan dan manja pada Mama, sudah mengijinkan Mama berangkat kembali ke Swedia.

‘Mama boleh pergi ke Swedia lagi, Kay?’ tanya Mama.

‘Boleh.’

‘Teteh Iis boleh pulang ke Garut nggak?’ tanya Mama lagi.

‘Jangan!’ jawab Kay merajuk.

Mama nggak ada kok Teteh mau pulang ke Garut? Nanti aku sama siapa? Mungkin itu yang ada dalam benak Kay.

Di Bandara Soekarno-Hatta, seperti biasa, Kay berlarian tidak keruan. Meskipun demikian ia tidak mau lepas jauh-jauh dari Mama.Setiap beberapa menit berlarian ia pasti akan menghampiri dan memeluk Mama.

Waktu Mama sedang check-in dan membayar airport tax, ia agak kesal dan mencari-cari Mamanya.

‘Mau shama Mama aja!’ teriaknya sambil memukul-mukul kursi dengan marah.Untung saja ia mudah dialihkan perhatiannya ke hal-hal lain.

‘Cepot, Baba!’ katanya sambil berusaha meraih wayang golek Cepot yang berada di etalase di dekat kami duduk. Baba segera mencegahnya sebelum ia sempat menyambar golek itu.

‘Iya, Cepot,’ kata Baba, ‘warnanya apa?’

‘Melah.’

Akhirnya waktu untuk boarding tiba.

‘Kay,’ kata Mama, ‘Mama berangkat sekolah lagi ya. Kay harus nurut sama Baba, sama Nenek, sama Kakek, sama Bibi dan sama Teteh ya?’

Kay diam.

‘OK?’ kata Mama lagi.

Kay masih diam.

‘Okie?’ kata Mama lagi.

‘Dokie,’ jawab Kay, lalu ia memeluk dan mencium Mama.

‘Jaga dia ya, Ba,’ bisik Mama ke Baba.

‘Pasti. Jangan kuatir,’ jawab Baba tersenyum.

Kemudian Mama berangkat.

Cepat selesaikan sekolah lalu pulang, ya Ma, supaya kita bisa jalan-jalan bertiga lagi.

Hugs and kisses dari Kay.

No comments: