Dec 20, 2008

Tiga Permintaan

I

Kebiasaan Baba setiba di rumah dari kantor adalah langsung makan malam, kadang kala ditemani oleh Mama.

Akhir-akhir ini jika Baba dan Mama sedang makan malam sambil asyik ngobrol di meja makan, Kay sering menghampiri Baba lalu menempelkan pantatnya di lutut Baba.

‘Mau dipangku sama Baba,’ katanya kemudian sambil menumpangkan kakinya ke paha Baba.

Baba tidak punya pilihan lain selain mengangkat tubuhnya dengan tangan kiri—Baba hampir selalu makan dengan tangan, tanpa sendok-garpu—dan mendudukkan Kay di paha Baba. Dia memintanya dengan sangat manis, sih!

Sudah barang tentu sepanjang Baba dan Mama makan malam Kay duduk manis di paha Baba sambil mendengarkan—dan sesekali membeo—percakapan kami.


II

Setiap hari Minggu, Baba selalu menyempatkan diri mengisi TTS mingguan yang tercetak di salah satu suratkabar terkemuka.

Saat membuka halaman TTS tersebut, suara kertas koran itu pasti akan mengundang seorang anak kecil yang serta-merta memohon:

‘Ba, gambal ayam, Ba!’

Sesi mengisi TTS pun akan diselingi dengan sesi menggambar bebas. Permintaan gambar yang sering diminta Kay antara lain: ikan paus, ayam, ayam biru, ayam hitam, burung, pohon kelapa, kurungan ayam, ubur-ubur, ayam mesin, burung hijau, kandang burung, tempat makan (merujuk ke salah satu restoran favorit Kay), pagar pohon kelapa, pohon daun, dan banyak lagi.

Senyum yang mengembang di bibirnya cukup menjadi imbalan yang paling berharga.


III

Kay mempunyai sebuah kuda goyang (terjemahan bebas dari rocking horse) dengan loreng seperti zebra. Kuda itu memiliki pelana busa yang dipasang Engki supaya pantat Kay tidak sakit, dan pelana busa itu dibungkus dengan kain batik oleh Nenek supaya lebih empuk dan terlihat manis.

Kay senang sekali menaiki kuda tersebut, kadang-kadang kudanya diberi ‘minum’ dari gelas plastik.

‘Ba, mau naik kuda, Ba!’ demikian katanya sebelum menaiki kuda itu.

‘Iya,’ jawab Baba, ‘silahkan naik.’

Kay naik dan mulai menggoyangkan si kuda maju mundur.

Lalu ia merentangkan tangannya ke arah Baba dan menggoyang-goyangkan jemarinya mengajak Baba mendekat sambil berkata, ‘Peluk dulu, Babanya.’

Tidak bisa tidak, Baba mendekati si penunggang kuda yang langsung meraih leher dan memeluk erat sambil mengeluarkan suara manja.

Setelah selesai ia akan kembali ‘mengendarai’ kudanya.

1 comment:

nenglita said...

baca tulisan baba somehow selalu bikin berkaca2. hiks.