Akhir-akhir ini Kay mulai menunjukkan kenakalan yang lebih dari biasanya. Ia sering menolak perintah, menahan kantuk hingga larut malam, sengaja mengompol, dan ia mendapat hukuman di sekolahnya. Dua kali.
Di kelas Kay menolak perintah yang diberikan gurunya dan Ibu Rissa, sang guru, memerintah Kay untuk berdiri di atas meja sebagai hukuman. Hari pertama mendapat hukuman itu Kay langsung menjadi anak yang kooperatif, namun di hari berikutnya ia kembali mendapat hukuman itu dan reaksinya sangat berbeda dengan saat pertama ia dihukum: kali ini Kay hanya cengar-cengir seolah ia menikmati hukuman itu.
Saat ditanya apakah ia mau belajar, Kay dengan lantang menjawab, ‘Nggak! Gak mau belajal!’, tapi waktu ada yang bertanya apakah ia mau belajar dan Ibu Rissa menjawab bahwa Kay tidak mau belajar, dengan sama lantangnya ia berkata, 'Mau!!'
Ia bahkan menangis saat melewati ruangan Bapak Ito, salah seorang gurunya.
Di rumah, ia berusaha keras menahan kantuk dengan berbagai cara, mulai dari berteriak-teriak, menghentakkan kakinya ke dinding kamar berkali-kali, hingga berusaha memancing Teteh Iis untuk bermain kejar-kejaran dengannya. Pada jam sepuluh malam, dengan mata setengah tertutup dan langkah yang sudah tak teratur karena kantuk.
Biasanya ini berakhir dengan tiga pasang celana basah karena ia tidak mau bilang kapan ia mau pipis meskipun ia sudah bisa bilang. Ia akan tersenyum, memegang selangkangannya yang sudah basah, sambil berkata, ‘Pipis,’ atau keluyuran dengan celana basah sambil berkata, ‘Ngompol. Nggak bilang.’ And the silly grin never disappears from his face!
Kadang-kadang kebiasaannya ini juga menyebabkan kasur basah.
Sudah kurang lebih empat malam ini Baba tidak tahu kapan Kay benar-benar tidur karena Baba selalu tertidur lebih dulu karena lelah.
Kay biasanya langsung mengajak Baba masuk ke kamar segera setelah Baba tiba di rumah. ‘Teteeeh, Kay bobo dulu ya…’ begitu katanya, pamit bobo pada Teteh Iis lalu menggamit lengan Baba sambil menunjuk pintu kamar, ‘Ke hitu,’ katanya.
Begitu di kamar ia akan memanjat naik tempat tidur, Baba menyuruhnya berdoa—kadang agak sulit, tetapi bila Baba menyuruhnya mendoakan Mama ia segera berdoa tanpa komando.
Kemudian ia mulai nyengir.
Dan mulai bermain-main di tempat tidur. Melenting-lentingkan tubuhnya, menendang-nendang dinding, mengintip ke luar jendela—‘Gak ada olang!’—bergulingan nggak keruan, nungging, duduk, dan berusaha memanjat tumpukan bantal yang dimaksudkan untuk menjaganya agar tidak jatuh dari tempat tidur (Kay tidurnya lasak). Singkatnya, ia berusaha semampunya untuk menahan kantuk. Dan peristiwa ini selalu diakhiri dengan sepasang—atau dua pasang—celana basah dan seorang ayah yang menggantikan celana anaknya dalam keadaan setengah tertidur sambil ngedumel.
Semua peristiwa ini menyebabkan Kay tidur larut malam, bangun terlambat, rewel di sekolah dan akhirnya dihukum.
Semalam, mumpung hari ini ia nggak sekolah, Baba membiarkan Kay bermain-main lagi di ruang tengah setelah kurang lebih satu jam—dan dua pasang celana basah—melawan kantuk di dalam kamar.
Kay keluyuran ke seluruh penjuru ruang tengah memilah dan memilih mainan yang ia suka (in this case sebuah Tupperware bundar yang biasa dipakai untuk membawa bekalnya) dan memainkannya sambil sesekali rebahan di lantai.
Setengah jam kemudian ia bangun dan terhuyung-huyung menghampiri Baba yang sedang berbaring menonton tv. Wajahnya sudah menunjukkan rasa kantuk yang tak tertahankan lagi.
‘Hama Baba,’ katanya.
‘Minta apa?’ tanya Baba.
‘Minta geddong hama Baba.’
Baba menggendong bocah yang matanya setengah terpejam itu.
‘Pipis dulu nggak?’ tanya Baba.
‘Pipis dulu,’ jawabnya.
‘Di mana?’
‘Di hitu,’ jawabnya menunjuk ke arah kamar mandi.
Baba mengantar Kay pipis, lalu menggiringnya ke kamar. Dalam perjalanan menuju kamar, Kay memungut sebuah mainannya (orang-orangan Lego Duplo yang biasa kami sebut ‘Pak Item’) dan membawanya ke kamar.
Di atas tempat tidur, Kay segera terlelap sambil memegang Pak Item erat-erat.
Note:
Pada suatu hari Teteh Iis pernah memergoki Kay membuka lemari pakaian dan mengeluarkan baju Mama. Saat diminta menyimpan kembali pakaian itu Kay menolak dan bahkan melarang Teteh Iis menyimpannya.
'Kenapa?' tanya Teteh Iis, 'Kangen?'
'Kangen,' kata Kay, 'MAMAAAA!!!!'
Dec 8, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment