Baba mengintip ke dalam kamar dari jendela depan dan melihat seorang bocah lelaki yang sedang berupaya naik ke tempat tidur ditemani Bibi.
‘Siapa tuh, Kay?’ tanya Bibi sambil menunjuk ke jendela.
Kay mendongak dan tertawa, lalu menghentikan upayanya naik ke tempat tidur dan menghambur keluar kamar.
Tawa riangnya mengantar Baba masuk garasi. Saat membuka sepatu, Baba melihat gagang pintu bergerak-gerak.
‘Sabar,’ suara Teteh Iis terdengar, ‘dibuka dulu kuncinya.’
Klik! Pintu pun terbuka dan seraut wajah berhias senyum lebar muncul. Sedetik kemudian senyum itu berubah menjadi tangisan saat jempol Kay tertumbuk pintu yang sedang ia buka. Asal-asalan, Kay memukul meja yang ada di dekatnya dengan marah.
‘WAAAAAAAA!!!’
‘Udah nggak apa-apa,’ bujuk Baba sambil mengambil susu yang berada di meja, ‘yuk, minum dulu biar tenang sedikit.’
Kay menyeruput susu itu seteguk, lalu melanjutkan tangisnya.
‘Ini, ini, Baba punya apa?’ kata Baba menyodorkan koin.
Kay meraih koin itu dan memasukkannya ke dalam celengan Piggibeng.
Berdasarkan laporan Teteh Iis, Kay sekarang sedang belajar ‘membaca’.
‘Baca apa?’ tanya Baba.
‘Baca “ini Ibu Budi”,’ jawab Teteh Iis.
‘Lho, bukunya dari mana? Kita kan nggak punya?’ tanya Baba heran.
‘Yaa…kalo belajar baca kan bilangnya “ini Ibu Budi”,’ jawab Teteh Iis polos, ‘tadi dia bilang “ini mobil Kay” sambil nunjuk mobilnya,’ lanjutnya.
Baba tersenyum. Ada ada saja.
Kay sudah tenang dan menghentikan tangisannya setelah Bibi mengoleskan Zam-buk ke jempolnya yang tertumbuk pintu. Sekarang ia sedang bermain.
Lamat-lamat terdengar gumaman Kay:
‘Ini cici Budi,’ katanya sambil menunjuk kemaluannya.
‘Ini cici Budi,’ ulangnya lagi.
Waduh! Siapa pula yang mengajarkan ini???
Nov 23, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment