Akhir minggu bersama Kay selalu menyenangkan. Pada saat itulah Baba mengalami hal-hal baru yang dilakukan Kay.
Sabtu kemarin, pada pagi hari, Baba dan Kay menghirup udara segar pagi hari di beranda depan rumah.
“Istirahat aah,” kata Baba.
“Istilahat,” ulang Kay membeo, “istilahat.”
Senyumnya mengembang saat ia mengulang-ulang kembali kata yang baru didengarnya itu.
“Enak ya, istirahat,” ujar Baba.
“Mmm enaaak!” jawabnya. Tak lama kemudian dia sudah sibuk mengorek-ngorek lubang gerendel pintu di tanah.
“Lho, jangan dong,” kata Baba, “kotor kan?”
Kay menginspeksi telunjuknya dengan seksama.
“Tuh, kotor kan? Ada pasirnya,” kata Baba.
“Pahil,” ulang Kay, “pahil.”
“Sudah, istirahat lagi,” kata Baba.
Kay duduk kembali.
“Baba duduk!” perintahnya.
“Duduk di mana?” tanya Baba.
“Di hitu,” katanya sambil menepuk lantai persis di sebelahnya, “istilahat.”
Baba tertawa dan duduk di sisi Kay.
“Kotawa,” katanya, “Ha-ha-ha.”
Sabtu kemarin, pada pagi hari, Baba dan Kay menghirup udara segar pagi hari di beranda depan rumah.
“Istirahat aah,” kata Baba.
“Istilahat,” ulang Kay membeo, “istilahat.”
Senyumnya mengembang saat ia mengulang-ulang kembali kata yang baru didengarnya itu.
“Enak ya, istirahat,” ujar Baba.
“Mmm enaaak!” jawabnya. Tak lama kemudian dia sudah sibuk mengorek-ngorek lubang gerendel pintu di tanah.
“Lho, jangan dong,” kata Baba, “kotor kan?”
Kay menginspeksi telunjuknya dengan seksama.
“Tuh, kotor kan? Ada pasirnya,” kata Baba.
“Pahil,” ulang Kay, “pahil.”
“Sudah, istirahat lagi,” kata Baba.
Kay duduk kembali.
“Baba duduk!” perintahnya.
“Duduk di mana?” tanya Baba.
“Di hitu,” katanya sambil menepuk lantai persis di sebelahnya, “istilahat.”
Baba tertawa dan duduk di sisi Kay.
“Kotawa,” katanya, “Ha-ha-ha.”
* * *
Menjelang bobo siang, saat sudah berada di tempat tidur dan mengucapkan doa, Kay bangkit dan memegang teralis jendela. Kemudian ia mulai melompat-lompat.
Beberapa menit kemudian Kay berhenti melompat.
“Cape,” katanya terengah-engah. Kemudian ia mulai melompat-lompat lagi selama beberapa menit, lalu ia tertidur.
Setengah jam kemudian ia terbangun karena ngompol dan menolak untuk tidur kembali.
* * *
“Mama, bobo dulu yaaaa!” ucap Kay lantang ke gagang telepon, lalu memberikan telepon itu ke Baba. Ia sudah mengenakan piyama dan bersiap untuk bobo.
“Sebelum bobo kita ber--?” terdengar suara Mama bertanya.
“Sudah kabur anaknya,” jawab Baba.
“Lucu sekali sih, suaranya,” kata Mama di ujung sana.
“Heheh, cempreng ya?” kata Baba, “udah dulu ya, Ma. Aku mau kelonin dia dulu.”
Kay sudah membuka pintu kamar dan melangkah masuk saat Baba menutup telepon. Baba menyusul masuk dan mengangkat Kay untuk membantunya naik ke tempat tidur yang masih terlalu tinggi untuk dia panjat.
“Mau dilempar?” tanya Baba. Kay tersenyum lebar.
“Iya,” jawabnya.
“Satu…” kata Baba.
“Dua…” lanjut Kay.
“Tiiiiii--?”
“Gaaa!”
Dan Baba melemparkan Kay ke atas tempat tidur, tawanya meledak.
“Baba hokalang!” katanya.
Dan Baba pun melompat ke tempat tidur, membuat Kay terbahak-bahak dan melenting-lentingkan badannya dengan gembira.
“Udah bobo beluuum?” terdengar suara Teteh Iis dari luar jendela.
“HUAAAAAHAHAHA!!!” teriak Kay panik, tergopoh-gopoh ia merangkak memeluk Baba sambil tertawa.
“Takut,” katanya.
“Takut apa?” tanya Baba tertawa, “itu kan Teh Iis.”
“Kotawa,” kata Kay sambil kembali merebahkan diri di tempat tidur.
“Kay, masih inget lagu I’m a Little Teapot nggak?” tanya Baba, “I’m a little teapot, short and--?” Baba mulai menyanyikan lagu itu.
Tiba-tiba Kay bangkit dan berdiri tegak di tempat tidur--membuat Baba agak panik, takut ia jatuh--lalu menyanyikan lagu itu sampai habis sambil memperagakan tarian Little Teapot.
I’m a little teapot, short and stout (ia menekuk kedua tangannya di pinggang, menggambarkan teko gemuk dan pendek.)
Here is my handle; here is my spout (sebelah tangannya bertolak pinggang, sebelah lagi diacungkan ke atas. Di sini ia agak bingung, sebelah mana yang harus di pinggang, sebelah mana yang mengacung.)
When the water’s boiling hear me shout! (kedua tangannya diacungkan ke atas sekuat tenaga.)
Lift me up and pour me out! (wajahnya bingung, ia lupa gerakan terakhir ini. Seharusnya satu tangan di pinggang, dan satu lagi teracung, lalu badannya dibungkukkan menirukan gerakan teko yang sedang dituang.)
(tentu saja Kay tidak menyanyikan lagu ini dengan sejelas itu, tapi kalau di sini Baba menuliskan sesuai dengan yang diucapkan Kay, kalian yang akan kebingungan.)
Baba bertepuk tangan memuji kepandaian Kay. Ia tertawa-tawa dan kembali berbaring.
“Ayo, berdoa dulu!” perintah Baba.
Kay mengucapkan doa untuk kedua orang tua, lalu doa tidur (yang mulai agak dilupakan) lalu memeluk leher Baba dan tidur.
No comments:
Post a Comment