Nov 14, 2006

What Happened Last Night

Baba melangkah ke garasi dan melihat pintu samping terkuak dan sebentuk wajah berhias seringai jenaka melongok, lalu berteriak gembira.

Sedetik kemudian Kay menghambur keluar dan memeluk Baba.

“WAHAHAHAHA!!!” teriaknya.

“Itu buku sampe dilempar begitu denger suara pintu,” kata Bibi.

Kayril lalu mengikuti Baba ke mana pun Baba pergi. Baba ke kamar untuk ganti baju, Kayril ikut; Baba meletakkan baju kotor di keranjang di dapur, Kay ikut; Baba pipis di kamar mandi, Kay menunggu di pintu. Pokoknya dia mengekor Baba terus.

Lalu Baba mengambil piring dan mengisinya dengan nasi.

“Mamam dulu aah…” kata Baba.

“Kay, ini apa?” tanya Baba sambil menunjukkan piring berisi nasi itu pada Kay.

“Mamam,” jawab Kay.

Baba berharap Kay menjawab nasi, untuk melihat apakah ia sudah mengenali nasi atau belum. Baba bertanya lagi, “ini apa?”

“Piling,” jawab Kay.

“Isinya apa?” tanya Baba memancing.

“Nahi,” jawab Kay. Baba tertawa, rupanya dia sudah mengenali nasi.

Kemudian, tanpa diduga sama sekali, Kay menggandeng dan mengajak Baba ke meja makan. Kay berhenti di depan kursi yang biasa diduduki Baba.

“Di hinih,” kata Kay, “Baba duduk di hinih.”

Baba tertawa dan duduk.

“Terus Baba ngapain?” tanya Baba.

“Mamam,” jawab Kay dengan pasti.

“Kay duduk di sini temenin Baba ya…” pinta Baba menunjuk kursi yang lain. Bibi membantu mendudukkan Kay di kursi itu.

“Temenin,” kata Kay. Ia lalu mengambil tutup gelas dan mulai memutar-mutarnya di atas meja makan. Tak lama kemudian tutup gelas itu sudah berada di lantai.

Kay mengusap-usap meja yang basah karena tumpahan air minum, lalu mengelap muka dengan tangannya yang basah. Senyumnya terkembang.

“Ambilin,” pintanya pada Teh Iis sambil menunjuk tutup gelas yang tergeletak di lantai.

Teh Iis mengambil tutup gelas dan memberikannya pada Kay. Kay langsung melempar tutup gelas itu ke lantai.

“Dilem—PAAL!” katanya sambil tertawa.

Selesai makan Baba mengajak Kay berhitung—kata Teh Iis di sekolahnya Kay sudah bisa menghitung sampai 20, Baba mau menguji.

“Satu,” kata Baba memulai.

“Dua,” lanjut Kay.

“Tiga,” sambung Baba.

“Ompat.”

“Lima.”

“Onam.”

“Tujuh.”

“Dolapan.”

“Sembilan.”

“Hopuluh. Hobolas,” kata Kay sekaligus.

“Duabelas,” lanjut Baba.

“Tigabolas.”

“Empatbelas.”

“Limabolas.”

“Enambelas.”

“Tujuhbolas.”

“Delapanbelas,” kata Baba.

“Tigabolas!” sambung Kay dengan keyakinan penuh.

“Hahahahaha! Salah, Nak,” kata Baba, “habis delapanbelas sembilan—?”

Kayril tampak ragu.

“Sembilan—?” tanya Baba memancing.

“Hopuluh, hobolas,” jawab Kay.

“Lhooo, kok ngulang lagi?” kata Baba tertawa.

Kay nyengir dan kabur ke dapur sambil melompat-lompat…

No comments: