Aug 17, 2007

Kegiatan Hingga Siang Hari Ini

‘Bobo,’ kata Kay sambil merebahkan tubuhnya di lantai teras depan rumah.

‘Oh, gitu bobonya,’ kata Bibi. Nenek memperhatikan tingkah Kay sambil tersenyum.

Tiba-tiba Kay bangkit berdiri sambil berkata, ‘Ambil bantal.’

Ia masuk ke dalam rumah. Tujuannya adalah kamar tidur, tempat yang ia tahu pasti ada bantalnya.

‘Ini ada bantal di sini,’ kata Baba sambil menunjuk ke sofa ruang tamu. Di sofa itu memang tergeletak sebuah bantal. Sofa ini adalah tempat tidur siang favorit Kakek. Kay berbalik arah dan mengambil bantal itu. Setelah meletakkan bantal di lantai teras, ia kembali merebahkan tubuhnya.

‘Oo, anaknya Mama,’ kata Bibi. Kay senyam-senyum, memamerkan lesung pipit sebesar ujung jarum di sudut kanan bibirnya.

Kemudian ia mengangkat perut dan merapikan bajunya agar menutupi perut. Lalu ia rebahan menghadap satu sisi, meringkuk dan menepuk-nepuk pantatnya, seperti yang biasa Baba atau Bibi lakukan untuk membuatnya tidur.

Semenit kemudian ia bangun lagi, menghampiri meja komputer. Kay menarik-narik kursi dan memposisikan kursi itu di depan komputer sambil bergumam, ‘Gini. Gini.’

Setelah kursi itu berada di depan monitor ia pun duduk. ‘Duduk,’ katanya. Lalu ia menarik laci keyboard dan mulai berpura-pura mengetik.

Baba, Nenek dan Bibi memperhatikan segala kelakuan Kay sambil tersenyum geli.

Saat Baba melintas, Kay turun dari kursi dan mengikuti Baba ke dapur. Baba berbalik dan menangkapnya lalu melemparnya tinggi-tinggi melampaui kepala Baba. Kay senang sekali dilempar dan, tentu saja, ditangkap lagi seperti itu.

‘Lagi!’ serunya, ‘Terbang lagi!’ Nyaring sekali suara tawanya, memenuhi rumah.

Baba melemparnya sekali lagi, lalu menggendongnya ke dapur.

‘Mimi dulu, yuk,’ ajak Baba. Kay minum setengah gelas air putih. Rupanya ia haus sekali.

‘Mau itu,’ katanya setelah turun dari gendongan Baba. Tangannya menunjuk kulkas. Di dinding kulkas terpasang secarik kertas kado bertuliskan Happy Birthday bekas pembungkus hadiah ulang tahun Kay.

‘Mau ini?’ tanya Baba sambil mengambil kertas kado tersebut.

‘Mau itu,’ kata Kay. Tangannya masih menunjuk sisi kulkas.

Rupanya yang ia inginkan adalah magnet kulkas berbentuk disk yang melekatkan kertas kado itu.

Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, Kay mengangkat bajunya dan mulai mengerik perut.

Yes, Gentles, lempengan magnet kulkas itu ia gunakan untuk kerokan. Ada-ada saja.

Kemudian ia mendekati Kakek yang sedang mengambil nasi dan mengerik punggung Kakek.

‘Aduuh, sakiit,’ kata Kakek.

‘Shakit,’ ulang Kay, ‘beldalah.’

Menurut Kay kalau sakit pasti berdarah.

Beberapa menit kemudian Kay sudah duduk di lantai, lempengan magnet kulkas ditutul-tutulkan ke lantai lalu ia gosok-gosokkan ke telapak kaki dan tangannya. Ia masih menggunakan magnet itu untuk kerokan. Kali ini pasiennya adalah dirinya sendiri.

Semua kegiatan ini berlangsung dalam tempo kurang dari dua jam. Kay mulai terlihat aktif dan tidak bisa diam.

Saat Baba mengetik entri ini, ia sudah melongok ke monitor komputer, memperhatikan tulisan yang Baba buat, minta diputarkan lagi Curi-Curi Pandang kesayangannya, menari diiringi lagu itu, menepuk-nepuk pahanya mengikuti irama lagu, berlari lagi ke dapur, mengangkat setengah buah pepaya dari piring dan mengambil bijinya dan menghancurkan biji pepaya itu dengan sisi lempengan magnet kulkas yang tadi ia pakai untuk kerokan.

Di dapur Baba menemukan Kay sedang mengusap-usap sikutnya.

‘Shakit. Pake Zam-Buk,’ katanya.

‘Kenapa?’ tanya Baba.

‘Kepentok tembok,’ jawab Bibi.

Baba mengambilkan Zam-Buk yang ia minta dan ia mengoleskannya ke sikutnya yang sakit.

Saat ini Kay sedang makan siang. Menu hari ini adalah tahu goreng dan kecap, sayur bening brokoli dan wortel dan, tentu saja, selembar keju cheddar.

No comments: