‘Pake kaush kaki shama Baba!’
Baba menghampiri suara itu dan mendapatkan Kay sedang duduk di lantai. Tangannya memegang sebuah kaus kaki. Pasangan kaus kaki di tangannya itu telah terpasang secara serampangan di kaki kanannya.
‘Pake kaush kaki,’ katanya lagi.
‘Pakai sendiri, dong,’ kata Baba.
‘Pake shama Baba aja!’ kata Kay minta Baba memakaikan kaus kaki. Kaus kaki untuk anak setahun itu hanya sampai ke mata kaki Kay. Setelah itu ia bangkit dan mulai melompat-lompat.
‘Awas nanti jatuh,’ kata Baba memperingatkan.
Kay mendekati kotak mainannya dan menarik kuda terbang. Gagal. Ia menarik lagi. Gagal lagi. Baba mendekat dan melihat bahwa tali penarik sayap si kuda terbang tersangkut pada mainan lainnya.
‘Nyangkut,’ kata Kay.
‘Iya,’ jawab Baba, ‘nyangkut ke gogok.’
Baba melepaskan kuda terbang dari kolintang berbentuk anjing itu dan mengepakkan sayapnya. Kay tersenyum dan meraih si kuda terbang dari tangan Baba.
Puas bermain dengan kuda terbang, Kay melesat ‘terbang’ ke ruang depan.
‘Pake kaush kaki shama Baba,’ katanya.
‘Kenapa?’ tanya Baba sambil mendekat. Rupanya sebelah kaus kakinya copot.
‘Sini,’ kata Baba, ‘gini cara makainya: pegang di sini, masukkan semua jari kaki dan tarik sampai ke mata kaki.’
Dengan kaus kaki kekecilan terpasang lagi, Kay menuju ke luar rumah.
‘Awaas, awaas,’ kata Kay memperingatkan diri sendiri saat ia melangkahi mainannya yang berserak di lantai.
‘Buka,’ katanya sambil menarik gagang pintu yang masih terkunci. Ia tersenyum saat melihat Baba mengambil kunci pintu.
‘Mashukin shini,’ perintahnya.
‘Masukin ke mana?’ tanya Baba.
‘Mashukin ke shini,’ Kay mengulangi perintahnya sambil menunjuk ke lubang kunci.
Baba memasukkan kunci ke dalam lubangnya dan bertanya lagi.
‘Terus diapain?’
‘Dibuka,’ jawab Kay.
Kay baru saja duduk di kursi di teras depan rumah saat Bibi memanggil dan menyuruhnya mandi. Dengan teriakan kegirangan Kay melesat masuk rumah menuju kamar mandi.
Aug 18, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment