Aug 26, 2007

Ke Dokter

‘Kayril, pasien dr. Bambang,’ suara suster terdengar memanggil Kay.

Baba segera menggiring Kay masuk ke dalam ruang periksa.

Begitu mengenali ruang yang ia masuki, Kay terlihat agak panik. Ia memeluk kursi, dan memanggil-manggil Teteh Iis. Baba menangkapnya dan memangkunya di kursi di hadapan dokter.

‘Kenapa nih?’ tanya dr. Bambang sambil memeriksa buku kesehatan Kay, ‘wah, 18.5 kg? Cepet amat naiknya! Balas dendam nih?’

‘Iya, makannya lagi bagus,’ jawab Baba, ‘batuk-batuk nih, Dok. Kayaknya sih alergi.’

‘Alergi apa?’

‘Mungkin keju. Soalnya karena melihat dia makannya lahap kalau pake keju, Bibi di rumah selalu ngasih keju setiap dia makan.’

‘Ngetesnya gampang, Pak,’ kata dr. Bambang, ‘coba hentikan kejunya seminggu ini sampai batuknya hilang. Setelah itu berikan lagi. Kalau batuknya muncul lagi, ya apa boleh buat,’ ia memandang Kay, ‘berarti kamu harus makan keju Belanda yang bau itu,’ lanjutnya sambil tersenyum.

Kay sedang asyik bermain dengan stempel dr. Bambang. Stempel itu dicap berulang kali ke meja.

‘Yuk, periksa dulu yuk,’ ajak dr. Bambang.

Di ranjang periksa, Kay berontak.

‘Shama Baba aja,’ katanya saat dr. Bambang menempelkan stetoskop ke dadanya, ‘Teteeeh!! Bibiii!! Iiiiiis!!’ ocehnya tak keruan.

‘Ya ampuun, kuat amat sih,’ kata dr. Bambang mengomentari, ‘sebentar ya sayang, satu lagi. Kan mulutnya belum dilihat.’

Kay membuka mulutnya lebar-lebar.

‘Waduh, pinter amat,’ kata dr. Bambang.

‘Keluarin lidahnya,’ perintah Baba.

Kay mengeluarkan lidahnya sepanjang mungkin.

‘Wah, pintar,’ puji dr. Bambang lagi, ‘sudah,yuk.’

Kembali ke meja, dr. Bambang langsung menuliskan resep obat yang harus diminum Kay.

‘Ini obat batuknya saya kasih dua ya, Pak,’ katanya, ‘yang satu harus habis, yang satu lagi bisa diulang.’

‘OK, Dok’ jawab Baba, ‘apakah memang alergi, Dok?’

‘Mendengar batuknya sih kayaknya memang alergi, ya,’ jawab dr. Bambang.

Kay kembali bermain dengan stempel dr. Bambang. Baba mengambil stempel itu dan mencap lengan Kay.

Kay memperhatikan lengannya yang baru saja Baba cap.

‘Lunash,’ katanya yakin.

Dr. Bambang dan suster tertawa. ‘Kamu taunya lunas aja, itu yang ada di meja Bapak, ya?’ canda dr. Bambang.

‘Ayo, Kay sudah dibantu dr. Bambang. Harus bilang apa?’ kata Baba sambil menggiring Kay keluar ruang periksa.

‘Telimakashih!’ jawabnya nyaring.

‘Terima kasih kembali,’ kata dr. Bambang.

No comments: