Hari Jumat kemarin Kay kedatangan tamu istimewa: Teh Anya dan Teh Adel, sepupu dari Bandung. Mereka ke Jakarta untuk menemani Uwa Abah ikut dalam
family gathering kantor tempat Uwa Abah bekerja. Tentu saja Uwa Neneng, istri Uwa Abah, dan Uwa Uyun, kakak Uwa Abah, ikut serta.
Ketika Teh Anya datang, Kay langsung menyambutnya dengan pelukan hangat.
‘Shono. Shono,’ katanya. Dalam bahasa Sunda
sono berarti kangen.
Lalu ke mana pun Teh Anya pergi, Kay mengekor dan memanggil-manggil.
Waktu Baba pulang dari kantor, malam harinya, Kay masih terjaga. Ia sedang duduk di pinggir kasur depan TV. Piano kecil mainannya berada di pangkuan.
'Wah, ada siapa Kay?’ tanya Baba.
‘Shedang main piano,’ jawab Kay. Waduh, nggak bisa diganggu nih, kalau lagi main piano?
‘Sudah ngantuk ini,’ kata Uwa Uyun dengan logat Sunda yang kental, ‘dari tadi udah nguap aja.’
‘Ya sudah. Main saja dulu sama Teh Anya dan Teh Adel, nanti kalau Baba sudah makan dan bersih-bersih kita bobo, ya,’ kata Baba.
‘Iya,’ kata Uwa Uyun lagi, ‘tadi mau dikelonin malah ajrut-ajrutan,
lulumpatan di kasur.’
Setelah Baba makan dan membersihkan badan, Baba mengajak Kay tidur. Seperti biasa ia berpamitan pada semua orang sebelum masuk ke kamar. Di kamar, setelah berdoa Kay segera tidur lelap, namun tidur Kay diganggu oleh batuk hebat setelah tengah malam.
* * *
Sabtu kemarin, sekembalinya dari dokter, Kay yang tertidur di jalan dibaringkan Uwa Uyun di kasur depan TV. Ia belum bersalin dengan piyama dan belum cuci kaki dan tangan.
‘Kalo diganti baju dia ngamuk nggak?’ tanya Uwa Uyun.
‘Nggak,’ jawab Baba.
Dan Kay memang dengan manis menurut saja saat bajunya diganti dengan piyama. Akan tetapi, proses penggantian baju itu membuat ia terbangun dan, melihat Teh Anya dan Teh Adel, menahan kantuknya. Kay memaksa dirinya bermain dengan kedua sepupunya itu.
‘Kay, bobo yuk,’ ajak Baba.
Kay cuek.
‘Mau bobo sama siapa?’ tanya Baba, ‘sama Bibi, Baba atau Teteh Iis?’
‘Shama Teh Anya aja!’ jawabnya.
Ia lalu berbaring dan memeluk leher Teh Anya yang duduk di sebelahnya, mengajaknya berbaring juga. Teh Anya menuruti permintaan Kay dan berbaring memeluk Kay.
‘Ajak ke kamar aja, Nya,’ kata Uwa Uyun.
Teh Anya dan Teh Adel segera membimbing Kay masuk ke kamar. Baba sempat melihat mereka bertiga naik ke tempat tidur saat Baba menutup pintu kamar.
Suasanya senyap di kamar membuat Baba penasaran.
‘Bi, coba tengok anak-anak itu lagi ngapain?’ pinta Baba pada Bibi.
Bibi melongok kamar sejenak lalu tertawa-tawa.
‘
Kunaon?’
‘Itu si Kay lagi dikelonin sama Adel,’ jawab Bibi, ‘coba tengok aja, hihihi.’
Baba melongok ke kamar dan melihat Kay sedang memeluk Teh Anya dengan erat. Wah, dia menikmati sekali dikeloni oleh kakak-kakaknya ini. Setelah memeluk Teh Adel ia memeluk Teh Anya lalu kembali memeluk Teh Adel.
Beberapa menit kemudian, suasana riuh kembali mewarnai kamar tidur. Baba melongok dan mendapatkan ketiga anak itu sedang bermain di lantai.
‘Kay-nya ngajak turun,’ kata Teh Anya menjelaskan.
Melihat waktu sudah menunjukkan jam 22.15, Baba mengambil alih. Kay Baba baringkan di tempat tidur dengan Teh Adel di sisi kanan Kay dan Teh Anya di sisi kiri Kay. Baba berbaring dekat kaki mereka. Kay masih berusaha mengajak kedua kakak sepupunya bermain-main.
‘Kay bobo sama Baba aja ya,’ kata Baba.
‘Shama Teh Anya aja,’ katanya sambil berbaring, menutup mata dan memeluk Teh Anya.
Sesaat kemudian ia kembali lasak.
‘Kalau masih lasak aja, bobonya sama Baba ya,’ kata Baba lagi.
‘Shama Teh Anya aja!’ katanya lagi, kali ini ketiaknya berada di kepala Teh Anya.
Tak berapa lama kemudian Teh Adel turun dan beranjak keluar. Teh Anya menyusul. Kay menangis.
Baba segera memeluk dan menenangkan Kay. Ia sudah mengantuk sekali.
‘Gendong Baba aja,’ katanya sambil naik ke badan Baba.
‘Gendong?’
‘Gendong Baba aja,’ katanya lagi.
Baba menggendong Kay hingga ia hampir lelap, lalu meletakkannya kembali di kasur dan, sejenak kemudian, Kay segera terlelap.
No comments:
Post a Comment