Hari ini Kay dan Teteh ikut menemani Baba ke rumah Mas Riza, ada perhelatan kecil di rumahnya, di kawasan Sentul, Bogor.
Seperti biasa, ia menyalami semua orang dengan ramah, meskipun tidak mau turun dari gendongan Baba hingga kami sampai di teras belakang rumah.
‘Lihat ikan,’ kata Kay.
Teras belakang rumah Mas Riza memang dibatasi oleh kolam ikan berisi sekawanan ikan patin, dan beberapa jenis ikan kecil lainnya.
Turun dari gendongan Baba, Kay langsung berjongkok di tepi kolam. Sesekali ia memperhatikan Quenda, si Rottweiler betina melonjak-lonjak dalam kandang. Ia tampak ingin bermain dengan Kay.
‘Memang begitu,’ jelas Mbak Risa, ‘dia senang sama anak-anak, biasa main sama Rian.’
Kay tampak acuh tak acuh memperhatikan polah Quenda. Ia lebih berkonsentrasi pada ikan.
Sejenak kemudian, ia kembali minta gendong. Tepat saat Mas Riza meminta Baba untuk menyanyi. Jadilah Baba menyanyi sambil memangku Kay.
Mula-mula Kay masih belum sadar apa yang Baba lakukan, ia masih asyik memandangi ikan dari balik punggung Baba, tapi pada lagu kedua Kay tahu apa yang sedang terjadi dan meraih mikrofon dan mendekatkannya ke mulut.
‘Yeeeeeee!’ serunya membahana, memancing tawa tetamu.
‘Ashalamualaikum,’ katanya lagi.
Lalu ia terkekeh-kekeh mendengar suaranya sendiri keluar dari loudspeaker.
‘Shatu, shatu aku shayang ibu,’ ia mulai menyanyi.
‘Terus?’ ujar Baba meminta Kay melanjutkan.
‘Yeeeeeee!!!’ serunya.
Lalu ia bersenandung tidak jelas.
Setelah menghabiskan semangkuk mie hijau dengan keju yang diambil dari roti, Kay kembali memamerkan sisi manjanya.
‘Minta gendong shama Baba,’ katanya sambil mengangkat kedua tangan.
Lalu lebih banyak tamu datang. Kay menyalami semua, meskipun ia tidak mau pisah dari gendongan Baba sama sekali. Ia bahkan cenderung marah bila ada yang menawarkan untuk menggendong.
Ternyata ia mengantuk. Setelah bertingkah dengan mike, makan semangkuk mie dan keju, maka Kay pun tertidur di gendongan Baba. Mas Riza mengusulkan agar Kay diletakkan di salah satu kamar di lantai atas agar tidak terganggu bisingnya suara tetamu yang mulai asyik berkaraoke.
Ketika ia bangun, suasana hatinya kurang enak, mungkin karena tidurnya terganggu. Kay menjadi rewel, apalagi ditambah dengan gangguan tak henti-hentinya dari Oom Murat. Padahal Oom Murat hanya ingin mengajak Kay bermain, dan akhirnya berhasil merebut perhatian Kay dengan gantungan kunci dan sekotak pinsil warna bergambar dua ekor burung.
‘Pegang biru!’ perintah Baba.
‘Biru!’ kata Kay sambil memegang pinsil warna biru.
‘Pegang kuning!’
‘Kuning!’ ia menyentuh pinsil warna kuning.
‘Pegang hijau!’
‘Hijau!’ katanya menyentuh pinsil warna hijau.
‘Pegang merah!’
‘Melah!’ katanya tanpa ragu memegang kotak pinsil warna tersebut yang memang berwarna merah.
Tante Sacha dan Oom Murat tertawa.
‘Hebat kamu!’ kata Oom Murat, ‘nggak kepikiran kan kalo dia akan megang kotaknya,’ katanya kepada Tante Sacha.
Kemudian Kay berhasil dibujuk Teteh untuk turun dari gendongan Baba. Kalau tidak salah bujukan itu dalam bentuk sekotak susu cokelat kegemarannya.
Baba menggunakan kesempatan ini untuk mengistirahatkan lengan yang mulai pegal menggendong anak seberat hampir 18 kg itu. Baba ke garasi, bercengkerama dengan beberapa rekan sekantor.
Tiba-tiba terdengar suara tawa dari dalam. Penasaran, Baba melongok dan melihat Mas Riza sedang bernyanyi. Di sebelahnya berdiri seorang lelaki kecil berkaus oranye yang juga memegang mike sambil sesekali bersenandung.
Yes, Gentles, Kay sedang berduet dengan Mas Riza.
‘Hmm-hmm-hmm,’ senandungnya.
‘Aaaaaaaaa,’ katanya.
‘Yeeeeee!!’ serunya.
‘Oo, A, O, O, A!’ katanya mengulangi ritme yang sering disuarakannya sejak bayi.
Baba menghampiri dan berbisik, ‘Bilang selamat siang.’
‘Shelamat shiang,’ kata Kay.
‘Shelamat shiang,’ ulangnya. Para tamu tertawa.
‘Shelamat shole,’ katanya lagi.
Pokoknya hari ini Kay puas bermain-main dengan mikrofon itu.
Tak lama kemudian kami pun berpamitan.
‘Pakde Liza, Kay pulang dulu,’ kata Kay berpamitan dengan Mas Riza.
‘Tante, Kay mau pulang dulu,’ katanya pada Mbak Risa.
‘Hayo bilang apa? Kay sudah makan, sudah main, dan sudah bobo di sini,’ kata Baba.
‘Telimakashih,’ kata Kay.
‘Sekarang mau pulang bilang apa?’
‘Ashalamualaikum,’
Lalu kami masuk ke dalam mobil dan meninggalkan kediaman Mas Riza.
Di perjalanan Kay tak henti-hentinya berkata:
‘Ada gogok. Beshal.’
No comments:
Post a Comment