Sore. Di rumah.
BREENGGG!!!!
Kay mengambil sebuah penggorengan kecil dan membantingnya. Lalu ia mula menelungkupkan penggorengn itu.
‘Kula-kula,’ katanya.
‘Di sini aja mainnya,’ kata Baba sambil mengajak Kay bermain di ruang tengah.
Lalu Kay asyik menonton Playhouse Disney Channel.
Baba menggunakan waktu ini untuk beristirahat sejenak. Dan karena sore itu cukup panas, Baba merebahkan diri di lantai, dengan wajan kecil yang tertelungkup sebagai alas kepala.
Kay langsung ikut merebahkan diri di lantai dengan perut Baba sebagai alas kepala. Ia menyilangkan kakinya. Kami berdua menonton Little Einsteins.
‘Bangun dulu,’ kata Baba setelah acara itu selesai, ‘Baba mau minum.’
Kay bangun dan mengambil wajan kecil alas kepala Baba. Ia mengangkat wajan itu dan menempelkannya di antara tengkuk dan punggung.
Jangan-jangan anak ini mau meniru Baba memakai wajan sebagai alas kepala, nih, pikir Baba agak was-was. Sementara itu Kay masih sibuk berusaha meletakkan wajan pada posisi yang pas.
Tapi kok bukan bagian cembung yang ditempelkan ke tengkuk? Lagipula kok terlalu ke bawah nih, posisinya, pikir Baba lagi. Kay memang menempelkan bagian cekung wajan itu ke bawah tengkuk, lebih dekat ke punggung.
Akhirnya Baba menghampiri Kay dan bertanya, ‘Mau diapakan penggorengannya, Nak?’
Sambil masih memegang wajan tersebut di punggung, Kay menjawab mantap:
‘Kayak kula-kula.’
Tawa Baba pun meledak. Kay mengira Baba sedang menertawakannya. Dengan kesal ia melempar wajan itu.
‘Jangan marah, Nak,’ kata Baba menjelaskan, ‘Baba senang sekali Kay sudah bisa begitu. Baba bangga sekali, Nak.’
Senyum Kay terkembang, marahnya hilang. Ia melompat-lompat kegirangan di paha Baba.
Sakitnya bukan kepalang.
No comments:
Post a Comment