Jun 24, 2007

Tenda

Sekarang Kay memiliki sebuah mainan baru: tenda. Tenda ini dititipkan Mama kepada Yangti dan Kakak yang baru saja menjenguk Mama di Swedia.

Pada saat pemasangannya Kay memandangi Baba (yang bersusah payah mendirikan tenda itu) dengan tekun. Saking tekunnya, Baba harus berhati-hati sekali agar tiang-tiang tenda itu tidak menyodok Kay yang enggan beranjak dari tempat ia meletakkan pantatnya. Ketika tiga ujung tiang terpancang pada tempatnya, Kay langsung masuk ke dalam tenda itu. Ini tentu saja membuat pemancangan ujung keempat menjadi lebih sulit.

Setelah selesai terpasang, tenda itu langsung menjadi rumah kedua Kay. Ia langsung memasukkan beberapa mainan favoritnya, seekor ayam plastik dan sepasang angsa plastik, sebuah lonceng bundar dari plastik yang dulunya merupakan bagian dari sebuah rebana mainan, dan sebuah buku berjudul ‘Jika Aku Jadi Penguin’. Teteh Iis membekalinya dengan sebuah handuk kecil.

Ia makan siang di dalam tenda, dan bahkan memaksa untuk tidur siang di dalamnya.

‘Bobo di tenda aja!’ rengeknya ketika Baba menggendongnya masuk ke kamar, ‘Shama Bibi aja!’ lanjutnya sambil menghempaskan tubuhnya ke belakang, membuat kepalanya nyaris terbentur kusen pintu.

Akhirnya Baba dan Bibi mengalah. Bibi pun memaksa dirinya masuk ke dalam tenda menemani Kay tidur siang.

Jika dipandang dari samping, kita bisa melihat dua pasang kaki menyembul dari pintu tenda itu. Sepasang menyembul sebatas betis, dan sepasang lagi—kaki Bibi—menyembul sebatas paha.

Lima menit setelah Kay tertidur dalam tenda itu, ia segera dilapisi oleh keringat sebesar bulir-bulir jagung. Upaya memindahkannya ke dalam kamar berbuah tangisan, dan Bibi menyerah.

‘Nanti saja, setengah jam lagi, tunggu dia pulas,’ kata Baba.

Satu jam kemudian Baba menggendong keluar dari tenda, seorang anak yang meronta-ronta dengan hebat. Memukul-mukul dan menendang-nendang hingga kakinya menumbuk salah satu tiang tenda dan ia merengek:

‘Shakiiit, pake Minyak Tawon aja!’

Baba mengoleskan Minyak Tawon pada bagian kaki yang ditunjuk Kay.

‘Gendong shama Baba aja,’ rengeknya lagi.

Baba menggendong Kay, dan menenangkannya di luar tenda. Setelah itu menggendongnya masuk ke kamar. Di kamar Kay meneruskan tidurnya yang terganggu.

Untungnya pada malam hari Kay tida memaksa tidur di dalam tenda.

No comments: