Sep 1, 2007

Ke Rumah Yangti

Mobil sudah keluar dari garasi dan diparkir rapi di depan rumah. Kay duduk manis di dalamnya. Kami sedang menunggu Teteh Iis mengunci pintu sebelum berangkat ke rumah Yangti mengambil sepatu baru Kay yang dibelikan oleh Kakak kemarin.

Teteh Iis masuk ke mobil dan menanyakan apakah Baba sudah mematikan komputer. Karena tidak yakin, Baba masuk kembali ke rumah dan mendapatkan komputer sudah mati, namun monitornya belum.

Telepon berdering.

‘Halo,’

‘De, udah mau ke sini? Si Mama mau kondangan, siang ini dan malam nanti. Nanti kalau ke sini Mama nggak ada kasihan si Kay,’ kata Kakak.

‘Wah, udah siap tuh. Mobil udah keluar, si Kay lagi nunggu di dalam.’

‘Wah, gimana ya? Ngomong langsung sama Mama aja deh.’

Kakak menyerahkan telepon ke Yangti yang menjelaskan hal yang sama dengan apa yang dikatakan Kakak.

‘Oh, ya sudah,’ kata Baba, ‘kalau begitu aku ke sananya besok aja ya.’

Telepon Baba tutup, dan Baba segera ke mobil.

‘Nggak jadi ke Yangti,’ kata Baba pada Teteh Iis, ‘kita ke Carrefour aja, beli susu dan sayuran Kay.’

Baba masuk ke dalam mobil sementara Teteh Iis menyelesaikan tugas menutup semua pintu dan jendela rumah.

‘Kita beli susu aja ya, Kay,’ kata Baba, ‘Yangti mau pergi soalnya.’

Kay menggeram marah, ‘Ke lumah Yangti aja!’

‘Yangtinya nggak ada, mau pergi. Nanti nggak ketemu. Kita beli susu aja, ke rumah Yangtinya besok aja, ya?’

‘Jangan beli shushu aja! Ke lumah Yangti aja!’ rengek Kay, tangisnya hampir meledak.

Akhirnya Baba mengalah.

‘Ok, ok. Kita pergi ke rumah Yangti.’

Di jalan Baba menelepon Yangti menjelaskan apa yang terjadi dan bahwa akhirnya kami akan tetap ke sana juga.

Yangti tertawa.

Di perjalanan, Kay sama sekali tidak mau disuruh apapun. Ia masih ngambek karena Baba sempat bilang tidak jadi ke rumah Yangti.

Ketika Baba minta tos, ia menolak. Disuruh menyanyi ia menolak. Disuruh menari ia menolak.

‘Jadi Kay maunya ngapain?’ tanya Baba.

‘Ke lumah Yangti!’ jawab Kay sambil cemberut.

No comments: