Sep 8, 2007

Mengabsen Isi Kamar

‘Kaki! Celana!’ seru Kay sambil memegang apa yang disebutkannya.

Kay sudah berada di tempat tidur, sudah siap bobo, tapi masih berusaha menahan kantuknya dengan menolak untuk berbaring. Ia duduk di dekat jendela.

‘Baju!’ lanjutnya.

‘Kaki!’ serunya lagi.

‘Kaki. Terus?’ Baba menimpali.

‘Celana!’

‘Celana. Terus?’

‘Baju!’

‘Baju. Terus?’

‘Kelil!’ Kay menunjuk dadanya.

‘Kayril. Terus?’

‘Baba!’

‘Baba. Terus?’

‘Golden!’

‘Gorden. Terus apa lagi?’

‘Hehehehehe! Tembok!’

‘Terus apa lagi?’

‘Bantal!’

‘Terus?’

‘Langit-langit!’ ia tengadahkan kepalanya.

‘Terus apa lagi?’

‘Atap lumah! Hahahahaha!’

‘Terus?’

‘Lemali!’

‘Lemari. Terus?’

Ia ragu sejenak. Mencari-cari apa lagi yang ada di dalam kamar. Kepalanya menoleh ke kiri dan ke kanan.

‘Lantai!’

‘Terus apa lagi?’

‘Tembok!’

‘Tadi udah disebut,’ sergah Baba.

‘Golden!’

‘Itu juga udah disebut,’

Kay tampak kehilangan akal. Wajahnya kelihatan bertanya-tanya apa lagi yang bisa ia sebutkan yang ada di dalam kamar ini.

‘Itu apa?’ tanya Baba sambil menunjuk ke alat pengatur suhu udara.

‘A-she,’ jawabnya.

‘Itu apa yang menyala di atas?’

‘Lampu.’

‘Udah, yuk, kita bobo dulu,’ ajak Baba sambil merebahkan tubuhnya.

Kay senyam-senyum sambil menggosok-gosok telapak tangannya, lalu ia mengoleskan tangannya ke pipi Baba.

‘Mmm, ashik,’ katanya sambil nyengir, ‘ashik.’

‘Asyik apaan?’ tanya Baba keheranan.

Yang ditanya nyengir sambil membuang muka, lalu—DUUK!!—jidatnya membentur tembok.

Ia berbalik, memegang jidat. Baba menunggu ledakan tangis. Tidak ada. Kay hanya memegangi jidat sambil berkata, ‘Pake minyak tawon.’

‘Ok. Baba ambilin dulu, ya,’ kata Baba sambil berjalan keluar kamar mengambilkan apa yang diminta.

Setelah Baba masuk ke kamar lagi, ia langsung menyodorkan jarinya. Baba mengoleskan minyak gosok itu ke jari mungil Kay, lalu Kay menggosok-gosokkan jari berminyak itu ke jidatnya yang mulai memerah.

‘Makanya bobo aja, ya. Itu tandanya Kay sudah mengantuk,’ kata Baba.

No comments: