Sep 11, 2006

Kincir angin -- Gembira -- More 'Duuh...Laah...'

Bangun pagi Kay langsung mengenail mainan baru di kotak mainannya: sebuah kincir angin warna-warni. Kincir itu langsung diambil dan diteliti.
“Itu kincir angin dari Tante Mandy,” kata Baba. “Gini cara mainnya,” Baba mencontohkan Kay cara bermain kincir angin dengan mengayunkannya ke depan dan ke belakang. Kincir itu berputar kencang.
Lalu Kay mengambil kincir itu dari tangan Baba dan memutar helai-helai kincir dengan tangan kanannya. Baba tersenyum melihat Kay sudah bisa mengkoordinasikan tangan kanan dan kirinya dengan cukup baik.

Kemarin Kay bermain air bersama Kakek yang sedang menyirami tanaman. Ia senang sekali. Selang air dipegang dan jari-jari mungilnya menutup mulut selang itu sehingga air terpancar ke segala arah, termasuk ke mukanya sendiri. Kay tertawa tergelak-gelak.
Baba belum pernah melihat Kay segembira itu. Bahkan dalam tidur siangnya Kay masih tertawa-tawa dan tersenyum. Mungkin ia mimpi main air.
Tapi, yah, seperti biasa Kay tidak mau berhenti main air, sehingga waktu airnya dihentikan Kay menangis. Nggak apa-apa nak, nggak semuanya bisa Kay dapatkan and all good things have to end sometime.

Ada satu hal yang Baba perhatikan dari Kay akhir-akhir ini. Ia makin manja dan sudah mulai banyak alasan bila diminta melakukan sesuatu. Well, nggak banyak sih alasannya, hanya saja bila Baba meminta Kay melakukan sesuatu—berdoa, menjawab pertanyaan, mengambilkan sesuatu—biasanya dia akan melakukan setengahnya, bila berdoa hanya sampai ‘bismillah’, menjawab pertanyaan hanya satu suku kata (ditanya ‘Baba mau ke mana?’ jawabnya hanya ‘ke kaaan—’), selebihnya dia akan memeluk Baba sambil berkata manja: “Duuh…Laah…”
hmmh...benar-benar makin banyak akalnya...

No comments: