‘Ayam dua?’
Terdengar suara anak kecil mencari mainan favoritnya: sebuah miniatur ayam yang merupakan bagian dari sekelompok mainan hewan-hewan ternak yang Baba belikan bulan lalu.
Kay saat ini memiliki tiga buah miniatur ayam: seekor ayam betina yang ia sebut ‘Ayam Satu’, seekor ayam jantan berwarna jingga dan putih yang ia sebut ‘Ayam Dua’, dan seekor ayam jantan berwarna jingga dan hitam yang ia sebut ‘Ayam Kecil’ meskipun posturnya lebih besar dari Ayam Satu dan Dua.
‘Ayam Dua?’
Suaranya terdengar lagi, nyaring dan cempreng.
‘Pake celana dulu, nanti kita cari,’ jawab Teteh Iis.
‘Dishimpen di mana?’ tanya Kay lagi.
‘Nanti kita cari, ya,’ bujuk Teteh.
‘Dishimpen di mana?’ desak Kay.
‘Pake celana dulu, nanti tanya sama Baba. Ayamnya ada di kamar,’ kata Baba.
Kay merajuk. Kain gendong yang disampirkan di sandaran kursi ditarik dan dibuang.
‘Hey, sini!’ ajak Baba, ‘masuk ke kamar dan lihat di atas tape ada apa.’
Kay masuk kamar, cemberut. Ia mendekati tape compo dan mengambil Ayam Dua yang disimpan di atasnya.
Saat keluar dari kamar, senyuman mengembang di wajahnya.
* * *
Dua jam kemudian Ayam Dua kembali membuat kehebohan.
Si bocah, yang baru saja pulang main ayunan dari TK dekat rumah mencari si ayam, dan tidak bisa menemukannya.
Seisi rumah menjadi heboh, terutama karena Kay mulai merajuk dan menangis mencari Ayam Dua kesayangannya. Bujukan untuk menghitung hingga sepuluh gagal total.
‘Yuk sama-sama kita cari,’ Baba mengajaknya keliling rumah mencari si ayam.
Di dalam tenda hanya ada Ayam Satu dan hewan ternak lainnya.
‘Coba ke depan, yuk,’ ajak Baba. Yang diajak masih merengek dan mengikuti dengan enggan.
Tangisnya meledak ketika di teras depan yang ditemui hanya si Ayam Kecil.
‘Ayam Dua aja!’ rengeknya sambil melepaskan diri dari gandengan Baba dan duduk menangis tersedu-sedu di depan televisi.
Baba mencari Ayam Dua di kolong tempat tidur, Bibi mencari di dapur, Teteh di garasi.
Akhirnya Bibi mengambil kain gendongan dengan niat menenangkan si bocah sambil menggendongnya. Saat itulah si Ayam Dua jatuh dari lipatan kain.
‘Nih, ayamnya!’ kata Bibi.
Kay bangun dan mengambil si ayam. Lalu tangisnya berlanjut. Sudah terlanjur sakit hati dan kecewa rupanya.
Akhirnya Bibi tetap menggendong Kay dan kurang dari semenit kemudian ia tenang kembali.
* * *
Habis mandi, Baba mendapatkan Kay sedang duduk di depan pintu kamar mandi, menunggu Baba.
‘Ikut,’ katanya. Ia memang biasa ikut Baba ke kamar saat Baba bersiap-siap berangkat ke kantor.
‘Ayam Dua-nya ambil dulu, nanti hilang,’ kata Baba.
Tangan kecil Kay meraih dan mengambil Ayam Dua yang tergeletak di samping keset kamar mandi dan hampir saja ditinggalkan oleh Kay.
No comments:
Post a Comment