Jul 19, 2007

Menasihati Kura-kura

‘Yuk lihat Bibi aja, yuk,’ ajak Baba mencoba membujuk bocah yang sedang kurang enak badan itu. Baba menggendong Kay mendekati Bibi yang sedang memasak sayur untuk makan siang Kay.

‘Bibi sedang apa, Kay?’ tanya Baba.

‘Mashak,’ jawab Kay lirih. Dia baru saja ngambek karena tidak ada yang menemaninya bermain, masing-masing berkutat dengan kesibukan pagi harinya. Bibi memasak, Teteh Iis mencuci baju, dan Baba bersiap-siap berangkat ke kantor.

Biasanya Kay tidak pernah keberatan dan bisa ditinggal main sendiri—entah di dalam tenda, atau menonton Playhouse Disney di TV, tapi mungkin karena sedang kurang enak badan ia jadi lebih sensitif.

‘Masak apa, Bi?’ tanya Baba.

‘Masak sayur bening oyong dan bayam kesukaan Kay,’ jawab Bibi, ‘mmmm enaaak.’

Kay beringsut turun dari gendongan Baba. Akhirnya Baba “diberi ijin” mandi oleh Kay.

‘Jangan dekat-dekat kompor ya,’ pesan Baba.

Kay berjalan ke tangga di dapur yang menuju tempat menjemur baju. Di salah satu anak tangga itulah terletak sebuah kontainer plastik yang dijadikan kandang untuk sepasang kura-kura brazil yang dibelikan Kakek di Subang.

Kay memandangi kura-kura yang setiap pagi diberi makan dan diganti airnya oleh Teteh Iis dengan penuh perhatian. Di permukaan air kandang kura-kura itu mengambang beberapa butir pellet pakan kura-kura itu.

‘Bau, Kay,’ kata Bibi, ‘makanannya kan dari udang, bau amis.’

Kay masih tetap memperhatikan kedua kura-kura itu.

‘Telan,’ katanya memerintahkan sepasang kura-kura itu menelan makanannya.

‘Telan,’ katanya lagi, ‘bial jadi daging.’

Baba, Bibi dan Teteh Iis tertawa.

‘Kamu yang harusnya telan makanan, jangan ngemut aja,’ kata Bibi di sela tawanya.

No comments: