‘Kiri! Kiri! Kiri-kanan-kiri!’ seru Baba mengiringi derap Kay keluar kamar.
‘Belhentiiiiiiii!’ kata Kay sambil mengambil sikap sempurna. Sebuah senyuman nakal tersungging di bibirnya.
‘Hormaaaat gerak!’ seru Baba lagi. Ia meletakkan tangan kanannya di dahi.
‘Kay,’ kata Baba hendak menguji pemahaman Kay akan perintah, ‘tolong ambilin kaus kaki Baba dong.’
Kay bergegas ke dapur, dengan lincah berkelit dari Bibi yang berusaha menghalanginya.
‘Mau ke mana?’ tanya Bibi yang hendak masuk. Bibi menghadang Kay ke dapur karena di sana tidak ada orang.
Kay berkelit dan meraih kaus kaki yang tersampir di gantungan handuk, lalu ia berbalik menuju Baba sambil mengayun-ayunkan sepasang kaus kaki itu.
‘Thank you,’ ujar Baba saat Kay memberikan kaus kaki.
‘Yowekam*,’ jawab Kay.
‘Baba pake kaosh kaki,’ ujar Kay saat melihat Baba memakai kaus kaki.
‘Eh, Kay, tolong Baba lagi dong,’ pinta Baba, ‘tolong ambilin buku Baba di kamar, ada di lantai. Bukunya berwarna biru ya.’
Kay masuk ke kamar dan sejenak kemudian keluar sambil membawa buku yang Baba minta.
‘Thank you,’ kata Baba.
‘Yowekam,’ jawab Kay, ‘Dadaaaaa!’ lanjut Kay sambil melambaikan tangannya. Ia tahu Baba sudah akann berangkat ke kantor.
‘Salim dulu dong,’ kata Baba. Kay meraih tangan Baba dan menciumnya.
‘Dadaaaaaa!’ katanya lagi.
‘Kiss dulu sini!’ Baba merangkul dan menciumi pipi tembam Kay. Kay tertawa-tawa kegelian.
‘Dadaaaaaa!’ katanya lagi. Lambaian tangannya makin bersemangat.
‘Dadaaa!’ jawab Baba, ‘Kiss-bye!’
‘Mmmmmuahhh!’ kata Kay sambil meletakkan tangannya di mulut.
*maksudnya: you’re welcome.
No comments:
Post a Comment