Setengah mengantuk, Baba memanggil Kay yang sedang ngambek mencari Ayam Dua.
‘Ini, Ayam Dua ada di kamar,’ kata Baba.
Si bocah masih ngambek dan tidak mau beranjak dari tempatnya gogoleran di dekat tenda. Terpaksa Baba bangun, mengambil Ayam Dua dari tempat tidur dan menyerahkannya kepada Kay yang langsung berhenti merajuk.
Lalu Baba kembali masuk ke kamar dengan niat meneruskan tidur yang terganggu. Saat Baba hendak merebahkan tubuh, mata Baba tertumbuk pada sesosok mainan ayam yang tergeletak di atas tape compo.
Ayam Dua ada di sini, pikir Baba.
Tunggu, tunggu. Ayam Dua kan tadi udah dikasih ke Kay, kenapa masih ada di sini?
Baba mengambil mainan ayam itu dan bergegas keluar kamar. Kay masih bermain-main di dekat tenda. Tangan kanannya masih memegang Ayam Dua.
Baba memandang ayam di tangan Baba. Ayam Dua ada dua!?
Saat ini Kay sudah meninggalkan Ayam Dua dan mencari-cari Oli Uwa Abah*. Baba segera mengambil Ayam Dua, Ayam Kecil dan Ayam Satu, lalu menggabungkannya dengan Ayam Dua II yang ada di tangan Baba.
‘Teh?’ tanya Baba kepada Teteh yang sedang mencuci baju, ‘Ini ayamnya nambah?’
‘Iya, dibawa dari sekolah.’
‘Iya, yang ini
‘Yang kakinya buntung juga dari sekolah,’ jelas Teteh, ‘yang punya Kay mah masih utuh.’
‘Ini ada tiga yang kakinya buntung,’ kata Baba lagi sambil menunjukkan Ayam Satu, Ayam Dua dan Ayam Dua II yang memang masing-masing sudah terpisah dari base-nya.
‘Yang ayam betina ini dari sekolah juga,’ kata Teteh menjelaskan.
Di tangan Baba ada empat ayam, tiga diantaranya kakinya sudah terpisah dari base, satu—Si Ayam Kecil—masih nempel dengan base. Ayam Satu yang kakinya buntung itu dari sekolah, begitu juga dengan Ayam Kecil dan, tampaknya, Ayam Dua II. Berarti—
‘Sekarang ayamnya ada lima?’ tanya Baba takjub.
‘Iya.’
Cepat sekali hewan-hewan ini berkembang biak!
*Gantungan berbentuk kemasan oli mobil yang menyatakan pada kilometer berapa mobil harus servis berkala. Gantungan yang Kay miliki diberikan oleh Uwa Abah.
No comments:
Post a Comment